Tulungagung - Program deradikalisasi untuk mengubah perilaku radikal para narapidana terorisme (napiter) dinilai kurang berjalan maksimal, lantaran setiap napiter di lembaga pemasyarakatan daerah hanya menjalani program maksimal dua kali dalam setahun.
"Deradikalisasi itu yang menangani BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), tapi karena BNPT ini datangnya setahun dua kali tidak efektif, ada rencana akan dibentuk pokja dan di tiap kabupaten mungkin ada pokjanya dengan melibatkan cendekiawan, ulama, mungkin perwakilan BNPT di tingkat provinsi dilibatkan juga," kata Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung, Erry Taruna.
Banyaknya lokasi pemidanaan narapidana terorisme di Indonesia, memaksa tim BNPT harus membagi waktu untuk menjalankan program deradikalisasi. Konsekuensinya, Frekuensi kunjungan ke lapas yang terdapat napiter menjadi lebih jarang.
"Kalau ada UPT di kabupaten jangkauannya lebih banyak, daripada dari pusat kemudian menangani seluruh Indonesia sekitar 80 UPT tidak mencukupi dalam setahun," ujarnya.
Di Tulungagung sendiri, lembaganya pernah beberapa kali mendapatkan kunjungan BNPT untuk menjalankan misi deradikalisasi, dalam kegiatan itu sempat ada tiga yang mendapatkan pembinaan, yakni Noem Baasyir, Dedi Fakrizal serta Ridwan Sungkar.
"Di sini juga sempat datang, (para napiter) juga mengikuti, diskusi saja, mewawancarai. Dari BNPT punya nilai plus untuk Tulungagung karena merasa kok berubah dari sebelumnya, kalau sebelumnya pendiam, kaku kalau diajak ngomong, namun pada tahun berikutnya bisa komunikasi dengan bagus, timbal baliknya bagus dan ada juga komunikasi yang sifatnya bercanda, jadi kelakarnya ada," ujarnya.
Erry menjelaskan, pada saat awal dipindahkan ke Tulungagung, para napiter rata-rata pendiam dan enggan apabila diajak berkomunikasi, bahkan almarhum Noem Baasyir sebelum dipindah ke Tulungagung beberapa kali membuat onar di lapas lain.
"Selama di sini sama sekali tidak pernah (onar). Mungkin karena dari rekan-rekan sipir pendekatannya kekeluargaan sehingga," imbuhnya.
Saat ini lapas Tulungagung menyisakan satu narapidana terorisme yakni Ridwan Sungkar, sedangkan Dedi Fakrizal telah dipindahkan ke Jawa Tengah dan Noem Baasyir bebas sepekan lalu yang akhirnya meninggal dunia akibat serangan jantung.
"Deradikalisasi itu yang menangani BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), tapi karena BNPT ini datangnya setahun dua kali tidak efektif, ada rencana akan dibentuk pokja dan di tiap kabupaten mungkin ada pokjanya dengan melibatkan cendekiawan, ulama, mungkin perwakilan BNPT di tingkat provinsi dilibatkan juga," kata Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung, Erry Taruna.
Banyaknya lokasi pemidanaan narapidana terorisme di Indonesia, memaksa tim BNPT harus membagi waktu untuk menjalankan program deradikalisasi. Konsekuensinya, Frekuensi kunjungan ke lapas yang terdapat napiter menjadi lebih jarang.
"Kalau ada UPT di kabupaten jangkauannya lebih banyak, daripada dari pusat kemudian menangani seluruh Indonesia sekitar 80 UPT tidak mencukupi dalam setahun," ujarnya.
Di Tulungagung sendiri, lembaganya pernah beberapa kali mendapatkan kunjungan BNPT untuk menjalankan misi deradikalisasi, dalam kegiatan itu sempat ada tiga yang mendapatkan pembinaan, yakni Noem Baasyir, Dedi Fakrizal serta Ridwan Sungkar.
"Di sini juga sempat datang, (para napiter) juga mengikuti, diskusi saja, mewawancarai. Dari BNPT punya nilai plus untuk Tulungagung karena merasa kok berubah dari sebelumnya, kalau sebelumnya pendiam, kaku kalau diajak ngomong, namun pada tahun berikutnya bisa komunikasi dengan bagus, timbal baliknya bagus dan ada juga komunikasi yang sifatnya bercanda, jadi kelakarnya ada," ujarnya.
Erry menjelaskan, pada saat awal dipindahkan ke Tulungagung, para napiter rata-rata pendiam dan enggan apabila diajak berkomunikasi, bahkan almarhum Noem Baasyir sebelum dipindah ke Tulungagung beberapa kali membuat onar di lapas lain.
"Selama di sini sama sekali tidak pernah (onar). Mungkin karena dari rekan-rekan sipir pendekatannya kekeluargaan sehingga," imbuhnya.
Saat ini lapas Tulungagung menyisakan satu narapidana terorisme yakni Ridwan Sungkar, sedangkan Dedi Fakrizal telah dipindahkan ke Jawa Tengah dan Noem Baasyir bebas sepekan lalu yang akhirnya meninggal dunia akibat serangan jantung.