Tulungagung - Kecandungan penggunaan gawai atau telepon pintar pada anak-anak mulai mengkhawatirkan, bahkan saat melakukan permainan gim daring betah hingga berjam-jam. Untuk mengurangi kecanduan gawai, kelompok mahasiswa dan sekolah di Tulungagung mengajak anak melakukan permainan tradisional.
Di SD Negeri 2 Bandung Tulungagung, para mahasiswa dan guru mengenalkan aneka permainan tradisional yang kini sudah langka, mulai dari bola bekel, congklak, ular tangga, gedrik, kelereng, lompat tali hingga cublak-cublak suweng.
Meski hanya menggunakan alat-alat sederhana permainan tradisional tersebut mampu menjadi daya tarik para siswa. Mereka pun tampak ceria dan berusaha untuk memainkannya.
Bagi anak generasi 90an, mungkin permainan bola bekel dan lompat tali sudah menjadi kebiasan, namun bagi generasi sekarang, permainan itu tidak mudah untuk dimainkan. Mereka harus mengulang hingga berkali-kali untuk bisa bermain.
"Ini main bola bekel, asik sih, tapi lumayan sulit. Yang sulit itu untuk menangkap bolanya," kata Aura Sulfa Nadifa, Sabtu (27/9/2019).
Hal serupa juga terjadi saat melakukan permainan lompat tali, beberapa anak tampak ragu untuk melompat saat tali karet diputar. Sejumlah mahasiswa pun harus beberapa kali memberikan contoh sehingga anak-anak SD tersebut bisa.
Pengenalan permainan tradisional ini mendapat respon yang cukup baik dari para siswa, mereka mengaku selama ini lebih sering bermain gawai dibanding melakukan permainan tradisional.
Salah seorang siswa, Mohammad Faul Pratama, mengatakan gim tradisional cukup menyenangkan, karena bisa dimainkan bersama teman-teman secara langsung. "Tadi saya main gedrik dan lompat tali, lebih asik ini dan lebih sehat kata bu guru," ujar Faul.
Sementara Ketua Kelompok Mahasiswa Uniska, Angga Prasetya Sasmito, mengatakan kegiatan pengenalan permainan ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan dolanan tradisional yang dulu kerap dilakukan anak-anak. Selain itu juga sekaligus untuk mengurangi tingkat kecanduan terhadap gawai.
"Permainan tradisional seperti ini sudah mulai langka, karena anak-anak di kampung lebih asik bermain gim online, padahal yanh yang tradisional ini jauh lebih banyak manfaatnya," kata Angga.
Menurutnya permainan tradisional akan melatih motorik pada anak, selain itu anak-anak juga akan lebih banyak bergerak dan melatih kebersamaan dengan sesama temannya.
"Kalau hanya gim di HP atau gawai yang gerak hanya jarinya saja, kalaupun main bareng hanya sebatas di dunia maya. Inilah yang menjadi keprihatinan. Semoga kegiatan ini akan terus dikembangkan di SD ini," ujarnya.
Sementara itu salah seorang guru SDN 2 Bandung, Evi Diah Susanti mengku sekolahnya mendukung upaya pelestarian permainan tradisional. Karena memiliki banyak fungsi terhadap daya kembang anak, mulai fisik, mental hingga kerjasama.
"Kalau hanya terori di dalam kelas saja anak-anak akan cepat bosan, tapi kalau sesekali kami ajak keluar melakukan praktik atau bermain tradisional mereka cukup antusias," kata Evi.
Pihaknya mengaku akan berupaya ikut melestarikan permainan tradisional tersebut, sehingga anak-anak didiknya lebih aktif dan mempu menjalin komunikasi dengan sesama teman dengan baik.
"Kalau hanya mainan HP tentu akan menjadi kecanduan dan bahaya juga untuk matanya. Mereka juga kurang gerak," imbuhnya.
Para guru berharap upaya menghidupkan kembali permainan itu mendapat dukungan dari para orang tua, terutama saat berada di rumah. Orang tua diminta untuk mengendalikan pengunaan gawai pada anak.